Kapal tempur milik Amerika Serikat, USS Gabrielle Giffords menggelar latihan bersama dengan dua kapal angkatan laut Jepang, JS Kashima dan JS Shimayuki, di Laut China Selatan pada Selasa (23/6).
Komando Militer Amerika Serikat di Pasifik (USPACOM) mengatakan latihan itu digelar untuk "menekankan pentingnya komunikasi dan koordinasi dalam operasi bersama" antara dua negara bersekutu itu.


"Kesempatan untuk beroperasi bersama dengan mitra dan sekutu kami di laut sangat penting untuk meningkatkan kesiapan dan kemitraan kami," ucap Komanan Expeditionary Strike Group (ESG) 7 USPACOM, Laksamana Muda Fred Kacher, melalui pernyataan yang dirilis situs USPACOM.

Kacher menuturkan latihan ini penting untuk memelihara kawasan Indo-Pasifik, termasuk Laut China Selatan, "yang bebas dan terbuka".

Latihan ini digelar ketika situasi di Laut China Selatan bergejolak lagi terutama setelah China kian mempertegas klaimnya atas 90 persen wilayah perairan itu.

Sejak awal tahun, China terus mengerahkan kapal-kapal ikannya dan kapal penjaga pantai ke Laut China Selatan. Pengerahan ini bahkan sempat menimbulkan friksi antara China-Malaysia dan China-Indonesia di awal tahun.



Baru-baru ini, kapal China bahkan menyerang dan menenggelamkan kapal ikan Vietnam di Laut China Selatan, tepatnya di dekat zona ekonomi eksklusif Vietnam yang juga diklaim Tiongkok.

Meski klaim historis telah dimentahkan putusan arbitrase pada 2016, China terus melakukan pembangunan dan memiliterisasi 27 fitur di Kepulauan Spartly dan Paracel di Laut China Selatan.

Walau bukan negara bersengketa di Laut China Selatan, AS mendukung negara-negara di kawasan untuk menolak klaim Tiongkok tersebut. AS selama ini berupaya menjaga agar Laut China Selatan, yang menjadi jalur perdagangan internasional, menjadi perairan internasional yang bebas dilalui setiap negara.

AS secara konsisten kerap melakukan patroli laut dan kebebasan bernavigasi di perairan tersebut untuk menentang klaim China.

Manuver kapal-kapal AS di Laut China Selatan tak jarang membuat geram Beijing. China menegaskan setiap kapal militer asing harus meminta izin mereka untuk berlayar di perairan tersebut.

Sementara itu, Jepang, yang juga bukan negara yang memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, terus meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di perairan itu dalam beberapa tahun terakhir.

Keamanan Laut China Selatan bahkan masuk menjadi salah satu prioritas dalam buku putih pertahanan Jepang yang rilis September 2019 lalu.